Kota Hujan : Bersiap Mengejar Ketertinggalan
|
||
Implementasi e-government di Kota Padang Panjang tak “secanggih” di kota-kota lainnya di Indonesia. Namun, sejumlah program mulai dirancang untuk mengejar ketertinggalan. Mampir ke Kota Padang Panjang. Di sana, Anda dijamin tak bakal kesulitan mencari makanan enak. Rumah-rumah makan bertebaran di seluruh penjuru kota. Setiap hari, khususnya malam hari, tempat-tempat seperti, Sate Mak Syukur, Sate Saiyo, RM Gumarang, Restoran Gumarang, martabak kubang, RM Uni Len Simpang Ampek Gunuang, RM Bunda, bika Koto Baru, jaguang goreng, pregedel jaguang, bakso muslim dan yang lainnya ramai dikunjungi orang yang berburu makanan. Menu apa pun tersedia: soto Padang, Sate Padang, ikan bakar, sampai seafood yang menggugah selera.
Namun, keadaannya sungguh jauh berbeda jika Anda
ingin mencari warung internet (warnet). Sulit sekali menemukan warnet di sepanjang jalan pusat
Kota Padang Panjang. Ketika Anda coba menanyakan ke sejumlah orang di jalan, kebanyakan mereka
akan mengernyitkan dahi atau menggelengkan kepala. Bahkan, sebagian dari
mereka tak paham benar apa itu warnet. Boleh jadi kondisi itu
menyiratkan betapa teknologi informasi
(TI) kurang begitu populer di
mata masyarakat kota Padang
Panjang.
Padahal, di kota-kota lainnya seperti Jakarta, Bandung, Bekasi, Depok, Tanggerang,
Sragen dan kota-kota lainya di Jawa Tengah masyarakatnya
cukup familier dengan TI. Mengenai hal ini, Armadodi, SE, MM (c) pengamat dan
pemerhati dari STIE Trianandra Jakarta dan juga praktisi pendidikan tak menampik bahwa penggunaan TI di Kota Padang Panjang masih belum
menjamur. “Masyarakat
sebagia besar baru sebatas mengenal, malah banyak yang tidak tahu. Kondisi tersebut patut disayangkan. Pasalnya, sebagai kota yang letaknya
strategis, udaranya sejuk, masyarakatnya ramah, pusat pendidikan agama Isam, kota
yang terkenal kota kuliner Sumatera Barat, Padang Panjang mengemban banyak
fungsi. Di antaranya, selain kota yang menjalankan fungsi pemerintahan,
pusat pelayanan kebutuhan sosial, ekonomi masyarakat, kota pendidikan, serta
pusat pertumbuhan ekonomi, perdagangan, keuangan.
Khusus mengenai pelayanan pada dunia bisnis, Armadodi mengamati belum banyak layanan yang disediakan oleh pihak Pemerintah
Kota (Pemkot) Padang Panjang. Maka, tak heran jika para pebisnis pun belum memanfaatkan layanan TI
dari pemerintah. Selain fasilitas layanannya masih terbatas, ungkap Armadodi, ada juga masalah pengetahuan masyarakat tentang sadar TI belum tinggi.
Rencanakan Membangun SIMTAP !
Menyadari hal itu, Pemkot Padang Panjang tak mau tinggal diam. Beberapa langkah pembenahan harus dilakukan, baik yang berkaitan dengan layanan publik dan dunia usaha maupun bagi internal pemkot. Menurut Armadodi, ada baiknya Pemerintah Padang Panjang merancang beberapa program yang menjadi prioritas untuk direalisasikan. Untuk dunia usaha, khususnya yang berhubungan dengan masalah perizinan, pemkot segera membangun Sistem Informasi
Manajemen Pelayanan Satu Atap (SIMTAP). Sistem ini dibangun hendaknya sebagai bentuk komitmen pihak pemkot untuk lebih memudahkan dan
mempercepat proses perizinan. Selama ini, jelas Armadodi, kalangan
dunia usaha yang ingin mengurus izin HO, reklame, trayek, industri, dan jenis usaha bisnis lainnya masih harus datang ke
dinas-dinas terkait. Dengan adanya SIMTAP, nanti pengurusan izin
terlokalisasi hanya di
satu tempat. Layanan ini juga sebagai bentuk pengintegrasian pelayanan
perizinan bagi investor lokal, dalam negeri dan asing, sehingga diharapkan dapat
lebih sederhana, cepat, mudah, murah, terbuka, baku, efisien, dan ekonomis. Untuk mempersiapkan sistem ini, pihak Infokom, Pemkot Padang Panjang mengajukan anggaran dana sekitar lebih kurang 300 juta. Dana ini, urai Armadodi, sebagian besar akan digunakan untuk membiayai
pembangunan infrastruktur TI. Dan, untuk memuluskan proses pelaksanaan
SIMTAP, Armadodi menyarankan, dan merekomendasikan melakukan studi banding ke Kabupaten Sragen. Alasannya, Sragen dinilai cukup berhasil dalam memberikan
layanan satu atap kepada masyarakatnya.
Layanan lain yang diharapkan mampu menarik
investor adalah pembentukan Padang Panjang Bisnis Forum (PPBF).
Layanan ini merupakan wadah kemitraan antara pemkot, masyarakat, dan dunia
usaha yang berfungsi sebagai forum komunikasi, fasilitator, mediator kegiatan
bisnis dan investasi.
Selain pembenahan bagi layanan publik, sistem internal pemkot pun
mulai dibenahi. Ini dimulai dengan membangun sistem intra-net yang menghubungkan antar dinas di lingkungan Pemkot Padang Panjang. Sebagai tahap awal, sistem
yang diperkirakan biayanya
tidak lebih Rp.70 juta “Dengan dibangunnya sistem ini, berharap
komunikasi dan koordinasi di
internal pemkot menjadi lebih mudah dan cepat,” ujar Armadodi.
Layanan
Masyarakat
Meski penerapan e-government di Pemkot Padang Panjang masih tergolong lambat, saat ini setidaknya terdapat beberapa layanan
publik yang bisa diunggulkan. Di
antaranya adalah penyediaan website Pemkot. Di
dalam website tersebut terdapat menu-menu yang menyajikan beragam informasi yang lumayan
lengkap. Mulai dari profil Kota Padang Panjang dan organisasi pemerintahan, info layanan
(masyarakat, umum, dan bisnis), info data yang memuat data tentang pelayanan
kesehatan, lembaga pendidikan, ada juga menu kotak saran dan produk
hukum.
Sebagai saluran informasi, website yang dikelola Pemkot Padang Panjang terbilang cukup baik. Namun, Armadodi mengingatkan
agar pihak pemkot terus mengeksplorasi apa saja yang menjadi kebutuhan
masyarakat Kota Padang Panjang. Tujuannya agar fungsi website dapat lebih optimal karena mampu
mengakomodasi keluhan atau masukan-masukan dari masyarakat. “Pada intinya, e-government
itu pelayanan, dan masyarakat adalah customer yang harus selalu dilayani,” terang Armadodi yang bersedia
sharing untuk memajukan kampung halaman.
Berkaitan dengan layanan, selain penyediaan
website, Pemkot Padang
Panjang juga telah menyediakan layanan “KTP gratis” bagi warganya? Layanan ini diluncurkan jika tidak salah lebih
kurang sejak tiga tahun yang lalu. Bagi
masyarakat yang ingin memperpanjang atau membuat KTP, pihak pemkot
menjanjikan prosesnya hanya memakan waktu satu-dua hari. Padahal sebelum adanya layanan ini, proses pembuatan KTP terkadang bisa memakan
waktu satu minggu. Selain KTP, layanan bidang kependudukan yang
disediakan pemkot secara gratis adalah pembuatan Kartu Keluarga (KK).
Sementara untuk pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Listrik, Air Pam pihak pemkot belum dilengkapi dengan pembayaran secara cashless atau melalui ATM. “Ke depan, kami
berharap bisa memperluas saluran pembayaran tersebut dengan memperbanyak ATM bersama dari sisi mitra kerja maupun cara pembayarannya,” ungkap Armadodi.
Sesungguhnya kemauan pihak pemkot untuk
memperluas pelayanan bagi masyarakatnya mulai terasa. Namun, tentu saja
keberhasilan implementasi
e-government membutuhkan lebih dari sekadar
penetapan rencana strategis. Armadodi mengharapkan penerapan e-government di Kota Padang Panjang mendapatkan dukungan penuh, baik dari pihak eksekutif maupun
legislatif. Bentuk dukungan yang dimaksud, di antaranya, berupa pengembangan program
e-government yang masuk ke dalam tiga besar program pemkot yang menjadi
prioritas, penyediaan anggaran yang memadai, serta penambahan dan peningkatan
kualitas SDM bidang TI. Jika hal-hal tersebut bisa dipenuhi, bukan tak
mungkin e-government mampu melengkapi keunggulan-keunggulan yang dimiliki
Kota Padang Panjang. Ujung-ujungnya, kota berpenduduk lebih
dari empat puluh ribu jiwa ini benar-benar layak menjadi salah satu kota yang di anggap maju
menerapkan e-government.
Oleh : Arsa Al Kayyis
|
a
Selasa, 04 November 2014
Kota Padang Panjang Bersiap Mengejar Ketertinggalan
Langganan:
Postingan (Atom)
Arsip Blog
- 12 Oktober (1)
- 19 Oktober (2)
- 26 Oktober (1)
- 2 November (1)
- 23 November (1)
- 30 November (4)
- 7 Desember (2)
- 14 Desember (3)
- 18 Januari (1)
- 25 Januari (1)
- 26 April (1)
- 24 Mei (1)
- 20 Maret (7)
Pengikut
Mengenai Saya
Padang Panjang
WELCOME TO PADANG PANJANG CITYLah pandai mimin bahaso Inggerih kiro e, aa sanak di Padang Panjang marapeklah mari sanak
Dikirim oleh Video Seputar Minang pada 19 Maret 2016